Selasa, 29 September 2009

Tentang tidak mudahnya Ber-Hijrah


Hari ini, seorang teman memulai hijrahnya. Seperti yang sudah dilakukan wonderwoman (untuk yang pertama kali dengan serius) dan aku (untuk kesekian kalinya dan aku berharap-serta berniat- untuk mempertahankan hidayah ini selamanya).

Sebenarnya, hijrah kali ini bukan hijrah yang pertama buat temanku ini. Buat dia ini adalah hijrahnya yang kedua. Aku sendiri memulai hijrahku tepat pada saat hari pertama puasa tahun 2008 (ini dengan niat yang serius, insyaalloh). berbeda dengan hijrahku ditahun2 sebelumnya, hijrahku kali ini aku dahului dengan bacaan basmallah berulang-ulang. Meminta pada-Nya supaya hatiku benar2 dimantapkan sehingga hidayah dan kesadaran yang sudah berkali-kali diturunkan padaku ini tidak meninggalkanku selamanya.

Masih ingat dibenakku dulu saat memulai hijrahku yang kedua, dibangku kuliah. Aku menangis hanya karena ada ketidak relaan yang menyelimuti hati, berperang dengan kesadaran tentang keharusan seorang wanita mengenakan hijabnya. Tapi lalu aku tunduk… dan berusaha patuh.

Tapi hati tak mampu memungkiri. Terkadang aku masih suka memanfaatkan kesempatan. Memakai hijab dikampus, tapi ketika pulang ke rumah, membandel lagi dan menjadi diriku yang suka berontak. Itu semua karena ketidak-ikhlasan atas keputusan yang aku ambil.

Tapi Alloh sungguh sayang kepadaku. Dia selalu mendekat, dan memberikan apa yang aku minta dan bahkan apa yang aku tidak minta. Dia beri aku pelajaran dalam hal-hal kecil dan besar. tapi dia juga beri aku nikmat dalam hal yang lebih besar.

Lalu kesadaran datang, di pertengahan Tahun. Aku ingin memulai lagi langkah ini dengan mantap. dengan perasaan dan keikhlasan yang sudah teruji. Bismillah… aku kenakan lagi hijab itu. Untuk ketiga kalinya aku diberi hidayah yang serupa, dan kali ini semoga masih akan tetap selamanya.

Berbeda cerita tentang temanku yang memulai hijrah keduanya hari ini. Dia mendapat tanggapan yang mungkin diluar perkiraannya. Ketidak-welcome-an seseorang membuatnya ragu apakah jalan yang dia ambil ini adalah jalan yang benar atau tidak.

Bukan kelebih-baikan dari siapapun dari hijrah yang kami lakukan. Setidaknya untukku. Aku tidak ingin pernah punya perasaan bahwa aku lebih baik dari siapapun yang tidak berhijab diluar sana. Secara kualitas seorang manusia, bukan pengadilan seorang Ratna yang menentukan. Ada pengadilan yang paling tinggi yang memiliki timbangan sampe ke skala terkecil, sehingga keadilan dari pengadilan tersebut akan terasa lebih absolut daripada judgment seorang Ratna.

Berbeda kacamata mungkin saja. Tapi semoga kacamata itu tidak terlalu lebar kita kenakan dan menutupi hati ini…

Start everything with Basmallah, dan Dia akan ada disana. Menemani dalam setiap langkah kita.

Cheers,

Na

Tidak ada komentar: