Rabu, 30 September 2009


Hari itu, minggu 12 Oktober. Secara mendadak, sms datang dari lelakiku. Huh, tumben banget jam 5.30 pagi begini dia sms, suatu hal yang langka. Apalagi semalem kami pulang baru ke kos masing-masing jam 22.30 malem setelah muter-muter gag karuan di Cilandak town square, dan jam segini, dia uda sms-dengan kesadaran penuh dan nyawa yang lengkap- ngajak jalan pula! Whutt…

My man : Uda bangun belum hun?, kita ke monas yuk, rame gag ya?

Hah… ada yang aneh niy ama masku. Bener-bener gag biasanya nih. Tapi tetep aku bilang begini :

Na :Uda siy (ini kalimat jelas bohong, nyawa gw lainnya masih berkeliaran entah dimana), ke monas? Boleh… tapi na mandi dulu ya? (untungnya, roh yang tersisa di tubuh gw adalah roh yang cinta kebersihan, coba kalo bukan yang ini, udah pasti iya doang, langsung pergi tanpa mandi, yaiksss!!)

Dan finally, setelah adegan mandi potong bebek angsa, angsa dikuali, gw siap nemuin cowo gw yang uda nunggu di dekat pom Tebet. Muncullah adegan konyol berikutnya :

My man : Kalo mau ke munas, dari tebet gini naeknya apa ya?

Na : Kalo dari sini sih, yang na apal cuma dua macem bis , 45 ke arah blok M dan 46 ke arah semanggi. Hehhee..(dasar cewe shopping addict, ditanyain jalan jurusan mana, yang dijawab malah cuman arah ke mana doang)

My man : Kalo 46, lewat komdak gag?

Na : keknya sih lewat.

My man : Tapi kalo dari situ, ntar naek apa yang ke munas ya?

Hallah,… nih orang, niatnya oke, tapi jalan menuju ke sananya gag ngerti. Ya sami mawon (podo wae-sama aja-red.) lah…

Akhirnya, dengan sedikit gambling, tetep aja kami menuju komdak dan nanya sekenanya disana.

Dan, setelah sempet muter hampir separuh jakarta *lebay mode on*, nyampe juga kami di parkir timur Munas. Huh, kenapa jadi berasa jaoh gini ya, perasaan kalo naek buswei, jarak Uki-Munas gag jauh2 amat.

Eniwei… jadilah kami pagi-menjelang agak siang (soalnya udah jam 9.10)- itu jalan-jalan muter di taman deket2 munas. Jangan nanya apakah kami naek ke atas atow gag. Pagi itu Munas panas banged… ngebayangin harus jalan menuju sekitar monumennya aja males bangeeed…

Waktu enak-enaknya duduk dibawah pohon, ada keluarga muda. Si anak masih berumur sekitar 1,5 thn. Lagi trial jalan- secara jalannya masing nungging2 gag jelas gitu- sementara si bapak ngegoda didepan si anak, dan mamanya nunggin dibelakang anaknya yang jalan dengan pantat yang bergerak tak beraturan. Such a happy family…

Gw pengen punya yang kayak gitu…

Tiba-tiba tangan gw dipegang ama mas, keknya dia ngerti apa yang ada dipikiran gw saat itu…

Dan perjalanan berlanjut. Sebelum nyampe ke taman yang kami tuju, sempat kami ngeliat ada pasangan, bapak-ibu (karena dari mukanya udah ga bisa dibilang muda lagi), si ibu duduk selonjoran sambil ngelus2 kepala si bapak, sementara si bapak, asik2 aja tiduran di jalan.

Kata si mas. : Mereka lagi kawin lari kali ya?”

-Hayyah… gubrak!!! Si mas ni, aye2 wae…-

Jam uda menunjukkan angka 11 lebih ga tau berapa, si mas uda ngajak pulang, soalnya kita berdua belum sarapan.

Cerita kami pulang, sama ribetnya dengan ketika kami berangkat menuju kesini, ditambah lagi, teriakan lolongan perut yang minta segera diisi.

Mas : Maem dimana ya nduk?

Na : tadi siy liat dunkin di daerah mana gitu, waktu kita mw jalan kesini tadi lohh…

Mas : Apa mw maem disana?

Na : Ogah ah, susah rutenya, nggak mudeng. Maem disini po?

Mas : Males ah, Cuma ada kerak telor, ama kupat lontong yang gag jelas gitu rasanya

Na : Trus, ni kita kudu menentukan arah dan tujuan…

Mas : pilihannya, blok m atau semanggi aja yah?

Na : Ya udah, nek buswei aja ya?

Akhirnya, keputusan dari rapat pleno singkat itu adalah : Kami mw makan di Semanggi. Dan naek buswei menuju kesana, turun di halte Benhil, trus nyebrang dan melihat kemungkinan resto mana yang bisa kami jarah.

Awalnya kan kami masuk ke munas dari parkir timur, dan keluar dari pintu parkir utara. Halah, ternyata jauh juga ya perjalanan kami, pantesan aja capek banged.

Dalam perjalanan menuju ke halte buswei terdekat-lupa nama haltenya-, si mas bergaya bak cacing kepanasan, dan aku menyingkir, sengaja berjalan berjauhan supaya gag ikut2an dikira gila, sampe lah kami di depan halte busweinya.

Setelah transaksi kartu selese, aku cepet2 masuk, en antri coz keknya bentar lagi busweinya datang. Dan beneran, beberapa detik kemudian, buswei datang, segeralah aku melangkah masuk cepet2, dan setelah kutengok, walah… cowokku ketinggalan…

Sukses karena malu, aku melangkah keluar lagi cepet2 sebelum pintu ditutup.

Na : Maap2, na kirain kamu dah dibelakang na…

Mas: ini masuk ke dalem haltenya aja belum nduk?

Na : Iya deh, maap-maap

Perjalanan menuju ke semanggi terbilang lancar, meskipun keknya kami tadi salah milih jurusan busweinya, terbukti kami lagi-lagi melewati rute yang sama setelah ganti buswei 2 kali, buswei yang ketiga sepertinya adalah pilihan yang jurusan bener.

Sampailah kami di depan Plasa semanggi, jam 11.30.

Masih agak lenggang banget suasananya. Akhirnya, pilihan resto jatuh ke Chicken Story-untung kemaren sempat baca buku Kencan Jakarta”tempat makan dibawah 50ribu”- jadilah gw dengan gagah berani merekomendasikan tempat itu ke si mas…

Dan ternyata, nggak sia-sia. Enak juga masakannya. Sayangnya tempatnya kurang cozy, masih kalah ama Solaria, dan fasilitasnya kurang komplit, karena waktu gw kesana hand dryernya lagi rusak.

Udah hampir jam 12 siang.

Si mas ngajak pulang ke kosnya reni.

Kami naek 46-bus impor dari Jepang, enak banget naek bus ini, salah satu bis favourite di Jakarta, laennya buswei tentu saja- menuju halte Lia.

Dalam perjalanan yang untungnya hari itu bisnya agak sepi, gw kebagian pintu. FYI, bis ini jumlah kursinya dikit banged. Tapi efeknya adalah masih banyak space di tengah2, sehingga kalo misalnya berdiri pun gag masalah, coz spacenya luas banged, anak kecil aja bisa maen bola disitu *lebay mode on*.

Waktu itu bisnya baru saja melaju. Naeklah seorang bapak tua, bawa tas punggung, pake jeans, dan kaos lengan panjang warna merah. Termasuk necis untuk ukuran bapak setua dia. Dengan gerakan perlahan, dia membuka tas punggungnya, dan mengeluarkan sebuah benda, bentuknya kek kaleng gitu yang diisi ama biji2an. Barulah aku ngeh gitu kalo ni bapak tua profesinya adalah pengamen jalanan.

Aku sengaja menajamkan pendengaranku. Penasaran juga, kira2 kualitas suara untuk orang setua dia, akan seperti apa. Belum lagi kalo liat dari senjata perangnya. Pasti suara adalah kunci utama berhasilnya pertunjukan diatas roda berjalan bapak tua ini.

Akhirnya, kecrekan pertama…kecrekan kedua kecrekan ketiga… trus aja dia menggoyangkan kalengnya dan bunyi yang kutangkap adalah hanya suara kecrekan dari kaleng yang beradu dengan biji2 didalamnya.

Penasaran, aku sengaja mengalihkan pandanganku lebih seksama. Si bapak tua terus saja memainkan alat musiknya.

Dan yang aku dapati adalah, kenyataan bahwa memang si bapak tua itu sudah tidak dapat bernyanyi, atau bahkan mungkin saja dia sudah tidak mampu bersuara. Dan dia menyanyi dengan ekspresinya. Menajamkan lekuk wajahnya kala suara kecrekan meninggi, menandakan mungkin lagu yang dia bawakan menuju refrain, membuka mulut tapi tidak dapat mengeluarkan suara, sesekali menyipitkan matanya seakan-akan menghayati lagu yang dia bawakan.

Kontan saja, kehadiran si bapak menimbulkan komentar dari beberapa penumpang. Ada yang tertawa kecil, dan itu tidak dapat disalahkan, karena jujur, ekspresi si bapak tua, sempat menggelitik di permukaan, dan akan membuat kita menangis ketika kita menyadari keterbatasan yang dia miliki, berbanding terbalik dengan keadaan yang harus dia hadapi.

Si mas bilang : kalo didesaku, orang setua dia masih bisa nyangkul disawah.

Dan aku tidak berkomentar, hanya berpikir bahwa, mungkin disinilah dulu pilihan itu dia tetapkan kala usia belum setua ini. Dan saat ini, bahkan mungkin dia sudah tidak punya kampung halaman, atau yang lebih tragis, dia tidak punya uang untuk menuju kesana. Untuk orang setua dia, aku yakin, impiannya akan sama dengan orang tua lainnya, menikmati hidup dikala senja, ditemani keluarga yang membahagiakan, dan suasana yang menentramkan. Siapa yang tidak menginginkan?

Akhirnya lagu yang dia bawakan, rampung juga. Sekali lagi, dia menyapa orang dan berterima kasih atas rupiah yang dia terima dalam kantong besarnya( swear, kantong uangnya gede banged, beda dengan pengamen lainnya yang biasanya cuma pake kantong permen) dengan ekspresi yang dingin, bukan tertawa hangat, dan bukan anggukan. Dia berlalu begitu saja, seakan beberapa menit lalu si bapak tua itu tidak pernah disana, menghentakkan kaleng biji2nya dan menyanyi dengan ekspresinya.

And the question spread to my head,

Is that a life he wanted? Atau pertanyaan berikutnya, apakah dulu ketika dia muda, dia merencanakan untuk menghabiskan masa tuanya dengan naik turun bisa dan menghentakkan kaleng2 seperti yang baru saja dia pertontonkan?

Entahlah…

Moral of the story hari ini :

-Kalo mau ke mana2, lebih baik ngerti jalurnya : Inget cerita gw tentang berjalan separuh Jakarta, dan ganti2 buswei sampe 3 kali, muter2 ditempat yang sama, menilik kalimat reni : satu belokan sangat besar artinya di Jakarta, so if u miss that turn, siap2 aja muter2 gaga keruan.

-Rencanakan masa depan dengan wise. Lupain aja logo gag jelas yang bunyinya : biarkan semuanya mengalir seperti air. Tahukah kamu, bahwa saat ini, bahkan air yang mengalir aja, diatur kemana arah alirannnya.

Selasa, 29 September 2009

Tentang kejamnya ibukota


Setelah membaca postingan temen di Friendster :

Tentang kejamnya ibukota. Sounds familiar huh?

Aku bisa membayangkan apa yang sedang dia alami sekarang. Tidur dirumah petak dengan alas, dan bantal seadanya. I’ve been there, at that same condition. Meskipun nggak gitu2 amat, coz waktu itu tempat kosku lumayan nyaman, sebanding dengan harga yang aku keluarkan.

Never compare.

Jangan pernah membandingkan apa yang akan kau alami di ibukota dengan apa yang sudah kau alami di kota yang nyaman berjudul Solokarto Hadiningrat. Semua hal yang berbeda dan berkebalikan akan menhajarmu balik, dan akhirnya membuatmu melambaikan bendera putih dan menyerah terhadap kota besar ini. This is a huge city. Kota sebesar ini tidak menerima penduduk yang bermental biasa-biasa saja. Meskipun sebenarnya bukan hanya soal mental saja yang mendasari seseorang pergi atau tinggal di kota ini. Karena sekali lagi, semuanya kembali pada pilihan.

It’s all about an Option

So, sekali lagi. Suatu pilihan disertai dengan resiko. Itu sudah merupakan suatu hukum yang absolut dan sudah pasti benar. Karena sebenarnya, kota ini bukan ajang uji nyali. Kota ini kejam karena keadaan kita yang membuat kenyataannya menjadi demikian. Things will be different kalo saja keadaan kita saat mengalami hal ini dipersiapkan dengan kondisi yang lebih baik.

omprengan story


Jumat-jam 16.00 WIB lebih dikit.

Langit udah agak mendung dari siang. Sms masuk dari masku menanyakan apakah aku jadi keJakarta hari ini. Lalu sms kedua berupa peringatan karena langit dijakarta menggelegar begitu hebad.

Tapi niat akan berubah menjadi tekad. Dan janji ama mama tentang Blender sudah terlanjur aku buat untuk segera dikirim minggu ini dan sampai kerumah minimal hari rabu, and that is next week!

Akhirnya berangkat juga. Sedikit males karena takut kejebak hujan. Sms mas Dj, pengen nebeng at least ampe Placi, jadi gag perlu kejebak macet nggak penting di pasar Cileungsi. But no answer, terpaksa berangkat sendiri. Nyampe di depan, secara kebetulan ketemu dwi ama pak said yang mo berangkat Training ke sunter. This is my lucky number 1.

Karena na mw ke UKi dan mereka otw ke slipi, maka nggak nyambung. Na minta diturunin di depan cibujang, dari sana naek 56 ke Uki. Sialnya, this is weekend. Hari dimana tiba2 sejuta umat diJakarta memiliki ide yang sama, yaitu go home early. Dan efek dari niat suci itu adalah berkurangnya quota buat aku, yang sengaja nyetop 56 dari depan Cibujang. Damn! Udah 3 kali nyetop, hanya dijawab dengan lambaian tangan menyedihkan. I dont need that shake of hand anyway!

udah hampir jam 5 lebih. dan masih aja nggak dapet 56 to bring me to UKI. Tiba2 datanglah mobil kijang biru plat hitam, sopirnya ngomong “uki..uki..uki” pelan banget… Aku sih bisa baca bahas mulutnya. Tengok kanan kiri, kok gag ada seorang pun calon penumpangyang merespon. Ini pasti omprengan, pikirku. Didesak waktu yang makin malam, nekat, aku naek aja, melompat ke bagian depan.

Pasti ni mobil berenti dulu sebelum masuk tol, pikirku sok tau. Dan, unlucky me,..tuh mobil ternyata nggak berenti, dan langsung bablas masuk ke tol…

Perasaan udah takut banget.. Tas kudekap erat. Pandangan lurus ke depan. Sopir disebelahku dengan santainya bilang “wajar kok kalo mbak takut, ni mobil biasa, saya tadi niatnya klo dapet penumpang ya syukur, enggak juga gag papa”

Na masih diem, gag berani ngomong apa2. Trus si bapak disebelah masih aja ngomong “Saya ngga niat jelek kok mbak, tadi si sekalian lewat aja, saya mau ke -mana gitu aku lupa-”.

“Lha biasanya ngompreng jurusan mana pak?” pertanyaan pertama yang berani aku tanyakan. “Atmajaya-Cibubur mbak”, jawab bapak itu, masih nyetir dengan kencengnya. Lalu pertanyaan berikutnya lebih mengarah ke introgasi, seperti “Bapak tinggal dimana?”, “Udah lama dijakarta?”,”sebelum narik omprengan gini kerja apa?”, “anak berapa banyak?” de-el-el…

Sebenarnya sih udah agak bisa berpositip thingking ama si bapak sopir ini. Tapi teteup aja berhaga2 pasang naga-naga stand by. Aku ngeliat kondisi mobil. mataku men-scan seluruh mobil. Yang paling penting sih sebenarnya kunci mobil yang masih manual, gag otomatis di tangan pengemudi. Jadi klo ada apa-apa aku tinggal loncat aja, pikirku. Tapi dasar, masih aja nggak tenang karena bapaknya nyetir masih kenceng banget.

Melewati kantor Jasa Raharja, si bapak mulai mengurangi kecepatan. “Disini rumah saya mbak” katanya. Dan aku cuma bersahut “Ow…” gitu doang!.

Di perjalanan, sungguh aku mengutuki diriku sendiri. Kenapa setiap aku naek 56 selalu aja ketiduran, dan gag pernah awas dengan jalan. Kali ini aku benar2 nyesel, karena kalo aku apal ama jalan, maka aku nggak perlu kuatir. Sepanjang tol, dari masuk jagorawi ampe tol cawang masih aja aku was-was, kuatir klo tiba2 setan menghampiri jiwa si bapak sopir.

Dan, akhirnya gedung UKI keliatan juga. Alhamdulillah….

Hatiku plong seketika… Aku mengambil dompet untuk ngebayar. Dan si bapak bilang :”udah mbak, nggak usah. Saya ikhlas. Tadi emang niatnya klo dapet 2 penumpang saya suruh bayar, tapi klo satu ya saya tebengin aja. Lagian ini juga sekalian lewat kok”

Ya Rabb… hatiku berteriak. Sepanjang perjalanan aku bernegatif thingking ama si Bapak, dan dia ikhlas mengantarkanku dari Cibubur ke UKI. Aku merasa sangat bersalah kepada bapak disampingku ini.

Satu pelajaran berharga sore ini, meskipun untuk melaluinya aku seperti diuji nyali. Masuk ke mobil yang aku pikir omprengan, ternyata emang tapi bukan beneran omprengan. Dan sopirnya yang masih jujur, sedikit sekali jumlahnya. Apalagi mengingat kondisi kek tadi, me Alone… sangat memungkinkan klo misalnya si bapak tadi memanfaatkan situasi.

Bukti bahwa Alloh memang menjagaku. dan bukti lagi klo dikota ini masih ada kejujuran, meskipun seribu satu dan satu itu sudah kutemukan hari itu. Entah dengan seribu lainnya.

Hari beranjak gelap ketika sampe di UKI dengan selamat tanpa kurang satu apapun. Aku masih menunggu disini untuk dijemput masku. Kami janjian mau ke blok M malam ini.

…aBout Not gettiNg married yet…


dEar my Friend…

Named Iyan…dimanapun loe berada…

Asli yaN, gue kaget begitu Loe sms gW bilang mo niKah…

aKu langsunNg kebayang perTemuan kiTa yg teraKhir waktu aKu ke seMarang buat liat kamu, kita bahkan beLum sempet beli icE cReam coNe dan ceriTa panjang leBar keluh kesaH kita tentaNg dunia…

taPi aku cukup baHagia dengan ceriTamu tentang masa dePan yang kamu reNcanakan…tentaNg keinginanmu jadi poLisi, meskipun jauh di Dalam hatiku aku benci banGet profesi iTu…tapi deMi kamu yaN, aku doakan kaMu saat iTu…semoga cita-ciTamu tercaPai…membuat banGga maMamu, papaMu dan membalas kebaikan meReka, membuKtikan, that U’re someThing, not Just a tHing…

daN sekarang yaN, kau paksa aku laGi untuk menerima kenyaTaan bahwa akan ada sesuatu yang berubah diantara kiTa setelah kamu niKah…tidak aKan ada ice Cream coNe kita lagi, tidak akan aDa lagi ceRita tentang persaHabatan kita, yang selaLu aku rasa saMa meskipun kita bertahun-taHun tidak berTemu…Ya jelas lah…U’re noT a singLe man anymore…

kaMu mulai menapaki yang namaNya reaL life yaN…

maaF kareNa aku merasa seDih dengan pernikaHanmu, kareNa aku ngerasa baNyak kehiLangan…

tapi disiSi laiN…aKu selaLu akaN tetaP berdoa, semoGa kebahagiaan ini miLikmu seLamanya…dan ini adalah sesuatu yang memang terbaik unTukmu…memBuatmu dewasa, Lebih dewasa…Menatap hidup ini dengan pandangan yang leBih bijaKsana…membuat lanGkah yang lebih pasti dan berpikiR jauh, tentang apaPun yang ada di Depanmu…

yaN…aku pengen kamu percaYa, dan positif thingking…anggap semua yang terjadi didepan mata kaMu itu adalah berkaH…bukan benCana ya Yan…

aku pengen banget ada disebeLahmu dalam menghadapi ini…biKin kamu senYum meskipun cuMa sedikit…

gw taU yaN, kamu cowok yaNg bertanggung jaWab…maKa dari itu, aku percaYa yan…kamu mampu melewati ini semua dengan ikHlas…

All i wanNa say…

yaN, meskipun aku sadar sepenuhNya akan ada yg berubah dengan pernikaHan kamu…tapi aKu pengen kaMu tahu yaN…aku tetap akan jadi sahabaTmu sampe kapanpun…

meskipun ntar kita berdua dah mulai hidup kita masing-masing…aku pengen kamu tahu bahwa akan seLalu ada tempat buat kamu, Kapanpun kamu butuh aku sebagai sahaBatmu yan…

Aku sayang kamu yan, sebagai saHabat dan kaKak cowoK yang tidak perNah aku punYa…cuma kMu sahabat cowok yang saMpe saat ini bener2 tuLus jadi temenku…dan kiTa mampu buktiin ke aNak2 yg laeN klo mungkin aJa cewek en cowok jadi Sobatan karena Kita emang kayak gitu…

Thanks 4 All ya Yan…

buaT semua tawa yang kaMu hadirkaN…buaT hari-hari kamu nemenin aku dan Telinga yang kamu siapKan untuk mendengarKan semua ceLotehku…

lasT but I reaLly hope, that its neVer goNna be the Least…

"semoga menJadi keLuarga yang Bahagia, saKinah, maWaddah, WarrohMah, diberkahi Alloh Swt, memiliki anak yang ShoLeh dan shoLihah, amien…amien…amien…"

Your Friend..

moral of de stori : Jangan pernah me-Research Your Ex!


Semalam, eh salah, tepatnya udah 3 malam terakhir ini, gw menghibur diri-membost up semangat dengan menghabiskan waktu dari jam 5 (gw keluar kantor-nyampe di kos) sampe hampir jam 11 malem (paling cepet, semalem aja round down, langsung 2 pilem sekaligus, buseet).

jam 23.20 malem. Ada telp. Yang kedengeran si cuma getarannya doang, gw lupa kalo belum di normal-in pas pulang kerja tadi.

Ada telp dari nomer As, dan keknya gw kenal nomer ini. Gw angkat, sengaja dengan suara yang serak2 kek baru bangun dari tidur. Gw bilang halo, dan suara diseberang cuma ngebales dengan halu-halu juga. Walah, one direction conversation deh. Males ngeladenin, gw matiin aja panggilannya. Beberapa detik kemudian, sms masuk, berbunyi sbb:

from : 0852xxxxxxxx : Diangkat dong Telpnya. q lagi butuh temen ngobrol ni...

Honestly, kalo dia sms kayak gitu di jam2 yang layak, mungkin akan gw turuti. setidaknya just say hi, atau apa kek, basa-basi laennya…

gw kesel, dan capek. This is not the Game that I want. akhirnya gw bales sms itu dengan kata2 kek gini : There U are… selalu nyari orang laen saat kamu butuh doang, sorry ya, gw bukan barang yang lo cari saat lo butuh! Perlu lo tau, lo tuh bukan satu2 nya orang didunia ini yang punya masalah. Grow up!!!

There…i’ve been sayed!

Mungkin kalimat tadi, luapan kemarahan gw selama ini. Asli, itu adalah kalimat paling jahat yang pernah gw kirimkan buat orang. Gw tau gw kesel, kesel banged karena emang stori kami dulu tidak berakhir dengan baek. O iya, gw lupa bilang ya kalo yang sms dan nyoba nelp barusan adalah My Ex named Opan. Yups… itulah. Dia muncul lagi, setelah sekian taon (dan gw udah jalan dengan orang laen selama itu pula) dia bahkan gag pernah inget untuk ngehubungi gw, at least 4 say sorry.

jujur, tadinya gw pengen sweet revenge. tapi akhirnya, niatan itu berakhir karena gw pikir, bahkan sebuah sweet revenge pun gag sudi gw berikan ke dia. gw akan melupakan bahwa gw dulu pernah punya pacar pertama, dan di masa itu, bahkan mungkin buat dia, i never been there! SHIT!!

jadi, cerita singkatnya adalah gw sempet me-research dia-my ex-dengan mencari tau, seputar perkembangan setelah di enggak sama gw lagi, dengan bikin ID palsu, dan bilang kalo gw temen SMAnya dulu (FYI: smanya Muh. sidoarjo). Intinya, dia tertipu (yah, jangan protes, karena emang gw canggih ngerjainnya), tapi tetep nanya2 terus ada hubungan apa antara gw dan dia dulunya.

hasil riset, mengecewakan. karena secara kedewasaan, bahakan waktu 4 tahun, tidak merubah dia menjadi sosok yang lebih baik dari 4 tahun sebelumnya. dan lebih parahnya lagi, he even dont remember me, even as his friends.

since that, gw mutusin untuk nggak lagi melanjutkan riset dan menganggao bagian hidupku yang itu gag pernah ada. coz future in more priceless than history.

dia masih aja berusaha ngehubungi gw, entah karena penasaran or karena kebutuhan dia akan teman khayalan, gw bilang khayalan coz buat dia, gw bahkan gag bisa memperlihatkan siapa gw sebenarnya.

memulai pulang malam


Hari ini dengan gagah berani gw memutuskan untuk pulang lebih lama. Secara dari tadi waktu yang aku pake untuk kerja lebih sedikit dari waktu yang aku pake untuk posting hal2 gag penting di Blog. Heuheuheu…

ukuran malem buatku ya sekitar jam 8 (dijam itulah ada kendaraan yang akan mengantar kami, para pegawai slash buruh ini ketempat peraduan*ciee bahasanya* kami masing-masing. Jadi hari ini secara ajaib laptopku yang biasanya bekerja sesinkron otakku (gag ding, lebay!!!!) mendadak jadi super duper lemot. Denger punya denger, gosip punya gosip… ternyata ada virus new comer yang lumayan sakti berlabel Sality!! *Damn!*

Akhir-akhir ini banyak temen yang mengeluh tentang worklife mereka. Ada wonderwoman yang secara paksa dianiaya (huh, lebay lagi dehh..) mengulang project yang dia kerjakan. Dari ZERO!! Gila….

Lalu ada si miss arum Dalu yang berencana untuk move out karena cape dengan kondisi kerjaan yang tiba2 jadi melelahkan karena faktor non teknis, sebut aja unimportant conditionally things. Salut juga untuk si miss satu ini. Bukan hal yang gampang untuknya memutuskan pekerjaan, secara si mas/mbak dari FInance apa…gitu akan tetap datang kerumahnya untuk meminta upeti sebagai konsekwensi dari tanda tangan perjanjian yang dia lakukan.

But lucky her, ada panggilan wawancara dari Departemen Perikanan yang muncul memberikan harapan baru bak secercah sinar ditengah gelapnya malam (ceileee, malem2 jadi puitis euyy)… Setidaknya hal ini mampu bikin dia jadi mantap untuk move out meskipun teteup aja, future is a BIG mistery…

Trus ada cerita tentang seorang teman (sebut saja Isa) yang “muncul” lagi setelah recovery yang sangat lama karena rencana kuliahnya nggak sesuai dengan waktu yang direncanakan. Aku beranikan diri untuk nanya planning sehubungan dengan munculnya kembali dirinya (yang aku yakin gag semua orang berani menyinggung hal ini ama dia). Dan dia jawab, bahwa dia akan Move On… Syukurlah…

Mungkin saat ini, si Isa ini udah gak berumur muda lagi. Dan someday, saat waktu mendorongnya untuk memasuki dunia kerja, dia akan kehilangan oportunity untuk bersaing dengan -very- fresh graduate, aku yakin temanku itu menyadari hal ini. Tapi toh dia memilih untuk Move On… I feel lucky to be his friends at that time… bersama dengan orang yang kuat akan membuatmu kuat juga kan?

Mungkin aku perlu mengucap syukur beribu2 kali. Karena hal-hal kecil yang nggak semua orang dapatkan. Seperti misalnya : bos yang selalu inget untuk nebengin pulang (meskipun jam dikantor baru menunjukkan angka 17.00), yang selalu care dengan kesehatan (tidak menyetujui aku pulang malam terlalu sering), dan always There, menjadi solusi untuk setiap masalah yang aku temui. Even 4 the smallest one!

Sudah hampir jam 6. udah mau magrib. Mungkin sholat dan makan malam (gratisannn-ini loh enaknya klo mau pulang malem…). Kerja dikit lagi. Pulang. Nonton Supernatural (didn’t I tell u how lovely Dean is??). Itu ritmeku hari ini. Semoga besok aku tidak menulis chapter two karena berencana pulang Teng-Go demi blender mama yang harus aku beli di Blok M (dan ketemuan ama si mas yang sekarang udah ngekos di Cawang-Yippeeee!!!).

Cheers,

Naj-

Tentang tidak mudahnya Ber-Hijrah


Hari ini, seorang teman memulai hijrahnya. Seperti yang sudah dilakukan wonderwoman (untuk yang pertama kali dengan serius) dan aku (untuk kesekian kalinya dan aku berharap-serta berniat- untuk mempertahankan hidayah ini selamanya).

Sebenarnya, hijrah kali ini bukan hijrah yang pertama buat temanku ini. Buat dia ini adalah hijrahnya yang kedua. Aku sendiri memulai hijrahku tepat pada saat hari pertama puasa tahun 2008 (ini dengan niat yang serius, insyaalloh). berbeda dengan hijrahku ditahun2 sebelumnya, hijrahku kali ini aku dahului dengan bacaan basmallah berulang-ulang. Meminta pada-Nya supaya hatiku benar2 dimantapkan sehingga hidayah dan kesadaran yang sudah berkali-kali diturunkan padaku ini tidak meninggalkanku selamanya.

Masih ingat dibenakku dulu saat memulai hijrahku yang kedua, dibangku kuliah. Aku menangis hanya karena ada ketidak relaan yang menyelimuti hati, berperang dengan kesadaran tentang keharusan seorang wanita mengenakan hijabnya. Tapi lalu aku tunduk… dan berusaha patuh.

Tapi hati tak mampu memungkiri. Terkadang aku masih suka memanfaatkan kesempatan. Memakai hijab dikampus, tapi ketika pulang ke rumah, membandel lagi dan menjadi diriku yang suka berontak. Itu semua karena ketidak-ikhlasan atas keputusan yang aku ambil.

Tapi Alloh sungguh sayang kepadaku. Dia selalu mendekat, dan memberikan apa yang aku minta dan bahkan apa yang aku tidak minta. Dia beri aku pelajaran dalam hal-hal kecil dan besar. tapi dia juga beri aku nikmat dalam hal yang lebih besar.

Lalu kesadaran datang, di pertengahan Tahun. Aku ingin memulai lagi langkah ini dengan mantap. dengan perasaan dan keikhlasan yang sudah teruji. Bismillah… aku kenakan lagi hijab itu. Untuk ketiga kalinya aku diberi hidayah yang serupa, dan kali ini semoga masih akan tetap selamanya.

Berbeda cerita tentang temanku yang memulai hijrah keduanya hari ini. Dia mendapat tanggapan yang mungkin diluar perkiraannya. Ketidak-welcome-an seseorang membuatnya ragu apakah jalan yang dia ambil ini adalah jalan yang benar atau tidak.

Bukan kelebih-baikan dari siapapun dari hijrah yang kami lakukan. Setidaknya untukku. Aku tidak ingin pernah punya perasaan bahwa aku lebih baik dari siapapun yang tidak berhijab diluar sana. Secara kualitas seorang manusia, bukan pengadilan seorang Ratna yang menentukan. Ada pengadilan yang paling tinggi yang memiliki timbangan sampe ke skala terkecil, sehingga keadilan dari pengadilan tersebut akan terasa lebih absolut daripada judgment seorang Ratna.

Berbeda kacamata mungkin saja. Tapi semoga kacamata itu tidak terlalu lebar kita kenakan dan menutupi hati ini…

Start everything with Basmallah, dan Dia akan ada disana. Menemani dalam setiap langkah kita.

Cheers,

Na